Universitas Syiah Kuala (USK) menyelenggarakan kegiatan Bakti Sosial (Baksos) di Makam Syiah Kuala, Gampong Deah Raya, Banda Aceh, pada 9 November 2024. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Milad ke-63 USK, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan serta menghormati situs-situs bersejarah, khususnya makam ulama besar Syiah Kuala.
Acara tersebut turut diisi dengan doa bersama dan ziarah ke makam ulama yang namanya menjadi identitas Universitas Syiah Kuala. Dalam kesempatan itu, Rektor USK, Prof. Dr. Ir. Marwan, bersama para tamu undangan, juga melakukan penanaman pohon sebagai bentuk komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan bagian dari program penghijauan dalam kegiatan Baksos tersebut.
“Makam Syiah Kuala dipilih bukan hanya sebagai simbol, tetapi juga untuk mengingatkan nilai sejarah yang besar. Syiah Kuala, atau Abdurrauf As Singkili, adalah ulama kharismatik Aceh yang menjadi inspirasi bagi kampus tertua di Aceh,” ujar Rektor. Beliau juga menambahkan bahwa keteladanan Syiah Kuala menginspirasi semangat belajar dan mengajar yang terus ditingkatkan oleh USK.
“USK yang kini berusia 63 tahun terus berupaya memperkuat kualitas pendidikan dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Kami mengajak semua pihak untuk berkolaborasi demi kontribusi nyata kepada masyarakat,” lanjutnya.
Ketua panitia Baksos, yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Bisnis, dan Kerja Sama USK, Prof. Dr. Ir. Taufiq Saidi, M.Eng, menyampaikan harapannya agar kegiatan ini dapat mempererat kebersamaan dan meningkatkan kepedulian terhadap warisan sejarah dan budaya Aceh.
“Ini adalah bentuk tanggung jawab moral USK di usia ke-63 tahun, dengan memberikan makna melalui bakti sosial,” ungkapnya. Selain kegiatan gotong royong, Baksos juga melibatkan aksi penghijauan, layanan kesehatan gratis seperti konsultasi dokter umum, dokter spesialis, pemeriksaan gigi, dan donor darah.
Tak hanya itu, Baksos USK juga menampilkan produk-produk hasil olahan dari potensi sumber daya alam desa, sebagai bagian dari pemberdayaan ekonomi masyarakat. “Dengan ini, masyarakat dapat melihat dedikasi nyata USK kepada warga Syiah Kuala,” tambahnya.
Asisten I Sekda Aceh, Drs. Syakir, M.Si, memberikan apresiasi atas kontribusi seluruh panitia, tenaga medis, relawan, dan pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ini. Menurutnya, Pemerintah Aceh akan terus mendukung inisiatif USK dalam memajukan pendidikan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Aceh.
Di usianya yang ke-63 tahun, Syakir berharap USK dapat semakin berkembang sebagai institusi unggul dan kompetitif di tingkat nasional maupun internasional. “Kami juga berharap USK lebih aktif dalam memberdayakan masyarakat, meningkatkan riset yang aplikatif, dan melahirkan generasi berintegritas, kompeten, serta peduli pada kemajuan Aceh,” pungkasnya.
Dalam rangkaian acara Bakti Sosial tersebut, Fakultas Kelautan dan Perikanan (FKP) Universitas Syiah Kuala juga memamerkan inovasi teknologi berbasis energi surya untuk mendukung sistem bioflok pada budidaya udang. Teknologi ini dirancang untuk meningkatkan efisiensi energi dalam proses budidaya sekaligus mendukung keberlanjutan lingkungan. Teknologi ini laksanakan oleh dosen dari Prodi Budidaya Perairan FKP Ir. Dedi Fazriansyah Putra, S.St.Pi., M.Sc dan Gunawan, S.Pi., M.M kepada masyarakat kelompok budidaya udang vaname Di Alue Naga Kota Banda Aceh.
Panel surya yang digunakan pada sistem ini memungkinkan pengurangan ketergantungan terhadap listrik konvensional, sehingga biaya operasional dapat ditekan secara signifikan. Sistem bioflok berbasis energi surya juga dioptimalkan untuk menjaga kualitas air dalam kolam budidaya, memastikan lingkungan yang sehat bagi udang dan meningkatkan hasil panen.
Selain itu, tim pengabdian kepada masyarakat yang dipimpin oleh Ir. Ilham Zulfahmi, S.Kel., M.Si, juga menampilkan bubu rajungan yang telah dimodifikasi. Inovasi ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan hasil tangkapan nelayan rajungan di wilayah pesisir Aceh. Bubu modifikasi ini dirancang dengan ukuran lebih besar, kerangka yang lebih kuat, dan pintu masuk yang lebih banyak, sehingga mampu meningkatkan jumlah dan kualitas hasil tangkapan rajungan.
Ilham Zulfahmi menjelaskan bahwa modifikasi bubu ini merupakan bagian dari upaya pemberdayaan nelayan tradisional melalui penerapan teknologi tepat guna. “Dengan bubu yang telah dimodifikasi, nelayan dapat meningkatkan hasil tangkapan mereka secara signifikan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan mereka,” ujarnya.
Inovasi ini juga sejalan dengan komitmen USK dalam mendukung pembangunan berkelanjutan dan peningkatan ekonomi masyarakat pesisir melalui penerapan teknologi yang ramah lingkungan dan efisien.
No responses yet